Hidupku Indah

Seperti kalian, hidupku juga indah. Biar saya tunjukkan pada kalian keindahan hidupku.
Pertama, sejak kecil aku diasuh kedua orangtuaku. Ayahku seorang guru, ibuku pedagang. Kala itu, penghasilan ayahku sebagai seorang guru tidak seberapa. Ibuku juga pedagang kecil dengan modal yang seadanya. Bisa kalian bayangkan kan kehidupan ekonomi kami? Betul, memprihatinkan. Yang indah dalam kehidupan serba kekurangan itu, ayahku tidak peduli pada kami. Beliau lebih suka menghabiskan waktu memancing, atau bermain badminton dengan teman-temannya. Kami makan apa, berpakaian seperti apa, bisa membayar uang sekolah atau tidak, beliau tidak menggubrisnya.

Menginjak usia puber, keindahan lain datang. Karena perekonomian yang tidak jelas sedangkan kami berempat harus bersekolah dan membayar, ibuku memutuskaan menjadi TKW. Sedih sekali melihat ibu naik bis rombongan TKW ke Timur Tengah dan aku harus menenangkan dua adikku yang masih kecil--kecil. Aku mengajak adik bungsu bermain ke kebun tetangga untuk menghindarkan adik dari melihat ibu yang pergi merantau. Dari balik semak-semak di kebun, aku menyaksikan ibuku berjalan sendiri menuju jalan raya menunggu bis yang membawanya ke kota Jakarta lalu naik pesawat di sana, pergi ke negara yang tak terkira jarakanya. Dan untuk waktu yang tak terbayangkan lamanya. Aku memutuskan pindah sekolah di pesantren, adik bungsuku ikut nenek, kakak dan adik perempuanku di rumah, bersama ayah yang, jelas tidak tahu bagaimana merawat anak-anaknya.

Waktu remaja, mungkin karena kondisi keluarga yang carut-marut. Kontrak ibuku sebagai TKW di luar negeri selesai.Hasil keringatnya digunakan untuk membayar sekolah kami, memperbaiki rumah, membeli sebidang tanah, dan modal usaha dagang ibu. Tetapi saking banyaknya kebutuhan kami, itu semua tidak cukup. Kakakku yang bersekolah di sekolah kejuruan karena merasa sebagai anak tertua namun memiliki jiwa berontak yang tinggi, sering bertengkar dengan ayah. adik-adikku suka bermain di rumah. begitu juga dengan aku yang tidak tahan melihat perlakukan ayah pada kami, sering mencari jalan berada di luar rumah. Namun aku sering melamun memikirkan kehidupan keluarga kami yang tampak berbeda dengan keluarga-keluarga lainnya. Sepertinya hanya keluargaku yang mengalami kesulitan ekonomi dan menghadapi pertengkaran dan kegalakan-kegalakan ayah. Lalu kakakku yang cantik dan disukai banyak lelaki di sekolah maupun di kampung, tiba-tiba memutuskan untuk menjadi TKW juga!

Seperti yang lain, aku juga jatuh cinta dan punya cita-cita. Bagaimana aku dengan cinta dan cita-citaku? Next episode ya...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar