Poems


 Hujan Sore April 13

setiap turun hujan sore minggu ini
rintik lembut mendesah mengirim dendang resah
cinta dan celoteh anak-anak itik 
rindu dan timbunan sayur mayur dalam kulkas
dokumen life plans dan sketsa esok 

berisik asik hujan sore
sepi kabar dari negeri bunga-bunga ronce
hari kian meniupkan jauh aroma mewangi pucuk-pucuk padi
di teras kau sisakan basah prasangka menjelma do'a
kau kemana tak lagi menderap di raining line
meski sembersit dingin menggigit kulit
menitik bopeng luka kecil

guntur menggelegar baru mengoyak pagar
kemarau yang hanya cerita bagi gerimis apatis
mengingatkan dzikir yang harus terus mengalir
betapa sunyi sayati hayat terkhianat
ini akan berakhir di lorong gelap
atau di jembatan tak bersungai riak


hujan sore tanpa kepastian
hati haru memeluk erat rinai bening
adalah kabar gembira tanah coklat pucat
hanya untuk kaukah?

Ruang tamu, Ahad, 13 April 2014




 Hilang

# bagi G

Fajar baru beberapa menit melompat
ke jendela ruang jaga
bermasa-masa tengkurap
dalam canda dan tata
esok penuh luap 
; kita

"Aku pikirkan lagi"
akhiri semua
amarah
kau
lalu



About Us

Happiness we’ve built
Silently is flowing into a junction of a stream
The words that we’d spoken as if they were hard nothing damn
Even the feeling we were sure of is walking out from heart
Togetherness has lost
Though we stay under the same roof
A weak belief
Then welcome us in the gate
Nothing to strengthen
No glow to lighten
But we must fight to find
A path to return
How impossible it seems
How uncertain my destiny will be in the future

(Midnight never ends for those whose eyes are still awake)
Purwokerto, the end of February 2010


Just the way the feeling is


Kenapa, masih terasa sengat matahari

burung-burung dan kicau menerbang sepanjang hembus angin
bunga-bunga dan aroma semerbak menelusup ilalang
embun menggantung bergoyang memburat di antara hijau daun
adzan dan percik wudhu melembut melupa bentur karang

Kenapa, masih terasa sengat matahari

cinta meneguh namun rapuh menabung badai
kasih melantun namun merebah dalam sunyi kidung senja
panggil indahmu memecah bening rinai sutra memujaMu
sapa surgamu menoreh kenang dalam refleksi esok pagi

Kenapa, masih terasa sengat matahari

pemutusan mengikuti pergumulan gelap terang
kupercayakan pada detak jantung waktu
kekasih, kekasih, kekasih, enyah sayang
tapi biarkan selendangmu di leherku menemaniku
meneduhi secuil hatiku dalam jeruji gamang

hingga, sengat matahari melepuh di rumah salju

(Purwokerto, 5 Nopember 2009)

Sepotong Do’a untuk Bangsaku yang Merem Melek

Tuhan
tahtaMu tak terbayang, menjulang
indahMu teramat amat memikat
cintaMu syahdu menelusup rindu
adilMu memuas menentram semesta
IN a Moment
Kadang kita lelah
Dan ingin menyerah
Sepertinya telah terlewati bermil-mil pagar bunga
Ribuan ruang kita tempati dan selalu berganti
Atmosfer cinta ataupun benci bergulung-gulung melingkupi kita
Pada satu titik kita merasa telah mengerahkan tenaga untuk mengerti
Saat itu pula kita terjaga bahwa kita tak melakukan apa-apa
Lelah dan menyerah
Biarlah ia mengguyur dan membasah
Biarlah ia menjadi sebuah tamparan pedih
Biarlah ia memojokkan kita di sudut yang paling menyakitkan
Biarlah ia kita rangkul sejenak untuk membenamkan tangis yang tersendat
Lelah dan menyerah
Ijinkan ia merasuk dan melumat kesombongan
Ijinkan ia menemani kulai sang keputusasaan
Tapi ketika semburat cahaya namaNya mengusap keningmu
Telanlah lelah dan pasrah
Taklukan dia dengan keyakinan kebaikan-kebaikan tangan Tuhan abadi terentang

Purwokerto, hari - hari tanpa cinta 2009-2010